Sehingga nyaris istriku juga sering keberatan kalau tiap malam bersetubuh terus, dan aku juga kasihan padanya. Setiap kali bercinta, istriku bisa 2 kadang 3 kali orgasme dan aku sendiri kadang tidak ejakulasi sama sekali karena istriku keburu lelah duluan. Paling setelah istriku tertidur pulas kelelahan, aku langsung pindah ke meja kerjaku dan menyalakan Komputer, lalu memutar Film bokep dan aku lanjutkan dengan ngocok. Setelah puas, aku baru menyusul istriku yang tertidur, dan jika tengah malam aku terjaga dan kudapati
“kejantananku” berdiri, aku ulangi lagi hingga aku benar-benar lelah dan tertidur.
Aku sendiri sangat bergairah apabila melihat tante-tante yang umumnya mereka lebih dewasa, lebih pintar dan telaten dalam urusan ranjang. Bahkan aku dalam melakukan onani sering membayangkan dengan tante-tante tetanggaku yang umumnya genit-genit. Begitu hingga suatu saat, aku mendapat pengalaman bercinta yang amat berkesan dalam sejarah kehidupan seksualku.
Ceritanya berawal pada saat temanku mengajak karaoke di kawasan wisata dan sebelumnya aku belum pernah masuk ke kawasan semacam itu. Kami bertiga pesan ruang utama yang mempunyai pintu sendiri dan ruangan itu terpisah dengan yang lainnya selama tiga jam penuh.
“Eh, dodi emangnya jaka udah booking cewek untuk nemenin Kami..?” tanyaku pada dodi, salah seorang dari kawanku.
“Sabaarrr Boss, entar feri juga bawain tuh cewek..” tukasnya.
10 menit kemudian, saat aku akan menyulut rokokku, merapatlah sebuah Kijang dan Cewek berjejeran ke hadapanku dan dodi. Kalau Kijang itu aku kenal, itu adalah Kijang-nya si Aldi dan keluar dua orang ABG yang berdandan Ahuuyy.
Cerita Seks Ngentot Tante Girang
Berdesir darah lelakiku melihat dua orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat dan sangat menonjolkan bukit-bukit indah di dada dan pantatnya. Akan tetapi, aku tidak kenal dengan cewek itu. Aku melihat di dalamnya ada seorang cewek ABG dan seorang lagi wanita sekitar 33 tahun menurut taksiranku dari raut wajahnya.
Dodi yang rupanya kenal baik dengan kedua wanita itu langsung menyambut dan membukakan pintu, lantas memperkenalkannya kepadaku.
“Tika..” seru tante itu disambut uluran tangannya padaku.
“lila..” sahut gadis manis disampingnya.
Singkat cerita, kami sudah mulai bernyanyi, berjoget dan minum-minum bersama, entah sudah berapa keping VCD Dangdut yang kami putar. Aku melihat dodi dan Aldi mulai mendekati sudut ruangan, dan entah sudah berapa lama ceweknya orgasme karena oral yang mereka lakukan. Sementara aku sendiri agak kaku dengan Tika dan Lila. Kami pun tetap bernyanyi-nyanyi, meskipun syairnya awur-awuran karena desakan birahi akibat pertunjukan Bokep di depan kami.
Aku sendiri duduk di dekat Tika, sementara Lila serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Tika sendiri sudah habis satu pa'k sampurna-nya, sementara aku melihat wajah Lila yang merah padam dan kadang nafasnya terengah pelan karena menahan gejolak yang ia saksikan di layar 32 inch itu.
Tiba giliranku untuk mengambil mike dari Lila, aku bangkit mengambil mike itu dari tangan Lila dan mengambil duduk di antara Lila dan Tika. Pengaruh minumanku dan yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan suasana birahi itu.
“Boy.., I want your sperm tonight Honey…” bisik Tika lirih di telingaku, sementara tangan kirinya meraba selangkanganku.
Lila yang sudah meletakkan pet aqua-nya mengambil sikap yang sama padaku. Dia malah mulai memainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas dan harum kedua wanita itu membuatku terbuai dalam alunan melodi birahi yang sudah aku rasakan menjalar menelusuri selangkanganku. Perlahan namun pasti, kejantananku menegak dan kencang, sehingga Lee Cooper-ku rasanya tidak muat lagi, apalagi saat meneganggnya salah jalur dan sedikit melenceng.
“Lho kok.. bengkok punyamu Say..?” tanya Tika padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.
Cerita Seks Ngentot Tante Girang Di Karoeke
Belum sempat aku menjawab, buru-buru Lila membuka zipper dan CD-ku, lantas mengeluarkan isinya.
“Gini lho Tan… mintanya dilurusin, Mas Boy ini..” kata Lila diikuti penundukkan kepalanya ke arah selangkanganku.
“Aaakkhhh…” pekikku tertahan saat Lila spontan mulai mengulum kepala penisku ke dalam mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan dan jilatan melingkar lidah.
Spotan kedua kakiku menegang dan membuka lebih lebar lagi untuk memudahkan oral
“Ooookh My Godd… ssshhh… aakkk…” desahku.
Seluruh tubuhku bergetar dan terasa disedot seluruh sumsun tulangku lewat lubang penisku. Permainan Lila betul-betul professional, sampai-sampai dentuman musik itu sepertinya tidak kudengar lagi, karena telingaku juga berdesir kencang. Ujung penisku betul-betul ngilu, hangat, geli dan perasaan birahi bercampur jadi satu disana. Tika lantas membuka kancing kemeja Hawai-ku dan mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sementara puting kanan dimainkan oleh telunjuk dan jempol kirinya.
“Aaakkk… mmmhhh…” desahku tidak menentu.
Aku betul-betul tidak tahan menikmati sensasi ini.
“Gila.., inilah penyelewenganku yang pertama dan dimanja oleh dua orang wanita sekaligus…” bisikku dalam hati.
Aku semakin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Tika dan kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu seluruh rongga mulutnya dan sesekali kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menawan itu. Ini karena jujur saja, aku lebih bergairah dengan Tante Tika, meskipun sudah hampir mencapai kepala 4 itu (dalam perbincangan kami, akhirnya aku tahu juga umur Tika, meskipun tidak pasti segitu bahkan bisa lebih).
Badanku lantas kumiringkan dan bersandar pada sofa.
Bukit indah Tante Tika adalah tujuanku dan benar saja, berapa saat kemudian,
“Oookkkhhh… Nimaaatthh… Sayyy… seddooottthhh… terrruuusshhh…” desah Tika terengah-engah.
Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol dan telunjuk kiriku, sesekali kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.
“Ssshhh… terussshhh… Sayyy…” Tika mendesis seperti ular.
Tiba-tiba, “Teeettt..,” suara bel mengejutkan kami, pertanda sepuluh menit lagi akan berakhir.
Aku melihat Adi dan Eko tersandar kelelahan, dan kulihat ada sisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.
Ngentot Tante Girang Lisa
“Udahan dulu ya Tante.., In..,” pintaku pada mereka.
“Emmhhh… Oke…” jawab mereka dengan nada sedikit keberatan.
Kami pun turun, aku berpisah dengan Adi dan Eko, entah kemana mereka melanjutkan petualangan birahinya. Dan kami pun sudah masuk ke Civic Tika.
“Kemana Kita nich..?” tanyaku sok bloon seraya menghidupkan mesin.
“Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!” ajak Tanta Tika kepada Lila.
“Baik Tan… Kita ke hotel **** (edited) yang punya whirpool di kamarnya.” sahut Lila.
Rupanya Tante Tika adalah seorang eksekutif, karena itu ia pesan salah satu President Suit Room yang mana seumur-umur aku baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kurang lebih 6 x 8 meter, beralaskan permadani coklat muda kembang-kembang dan dilengkapi whirpool yang menghadap ke arah kehijauan lembah. Kamar itu juga mempunyai sofa panjang di sebelah whirpool.
Begitu masuk, Tante Tika lalu mengunci pintu, aku dan Lila mengambil tempat duduk di sofa sebelah whirpool. Aku melingkarkan lenganku ke pundak Lila, alunan musik malam pun semakin menambah romantis suasana.
“Lilll…” bisikku mesra kepada Lila mengawali percumbuanku.
Lila yang sudah on berat itu langsung menyambut kecupanku, nafasnya terengah-engah, menandakan bahwa dia sangat menginginkan kehangatan, kenikmatan dan mengisi kekosongan ruang vaginanya yang terasa menggelitik dan lembab. Dengan sedikit tergesa, aku melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran sisi sofa dan keletakkan pinggulnya tepat diselangkanganku.
“Sreett…” penisku mulai bereaksi saat pantatnya yang dingin menyentuh Lee Cooper-ku dan kulihat Lila terpejam, sementara tangannya membetulkan rambutnya yang tergerai di sofa.
Aku mulai memainkan jari telunjukku di bibir luar vaginanya yang sudah mulai melelehkan cairan bening dari hulunya. Tidak ketinggalan, bibirku menghisap dalam-dalam dan sesekali kujepit putingnya dengan kedua bibirku lalu kutarik-tarik, sesekali kupilin-pilin dengan kedua bibirku.
“Wuuuaahhh… ssshhh… terussshhh… nikkkmatthhh…” desah Lila keras-keras saat kuperlakukan seperti itu.
Tubuhnya kejang panas dan seluruh aliran darahnya kini memuncak. Sengaja aku tidak memasukkan telunjukku, karena untuk menstimulasi lebih intens lagi. Kami bercumbu dan sudah tidak ingat lagi apa yang dilakukan Tika di kamar mandi yang begitu lama.
Ngentot Lila Dan Tante Girang
“Bentar Lill.., Aku pispot dulu yach..?” kataku sambil melepaskan cumbuanku.
“Emmhhh…” desah Lila sedikit kesal.
Akan tetapi, aku melihat Lila melanjutkan birahinya dengan dua jari. Aku sendiri berlari kecil menuju ke kamar kecil dan sesampai di pintu, aku kaget karena mendapati Tante Tika lagi meregang orgasmenya.
“Aaakkkhhh… ssshhh… ssshhh…” desah Tante Tika, matanya mendelik merem melek.
Tampaknya vibrator mutiara itu masih bekerja, sehingga saat aku kencing, Tika pun tidak melihatku.
“Boyyy…” sebuah panggilan lembut mengagetkan aku saat hendak meninggalkan kamar mandi itu.
“I… iii.. yaaa… Tan..?” sahutku agak kaget.
“Sini dooonggg..! Hangatin vagina Tika dengan penis Kamu yang.., ookkhhh…” Tante Tika terpekik saat vibrator itu ia cabut dari liang vaginanya.
Aku hampiri Tante Tika di Bath tub itu dan aku baringkan tubuhku disana.
“Oh.., nikmat sekali mandi air hangat dikelonin tante seksi ini.” bisikku dalam hati.
Aku rengkuh lehernya dan kuberikan french kiss yang begitu mesra dan Tante Tika pun membalas dengan ganas seluruh rongga mulutku, leher dan kadang puting susuku di hisapnya. Penisku yang terendam kehangatan air itu semakin maksimal saja. Selama tiga menit kami bercumbu, Tante Tika nampaknya tidak dapat mengendalikan nafsunya.
“Mmmppphhh… oookkkhhh… setubuhi aku Boy..! Cepeeetthh..!” pinta Tante Tika sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
“Baik.. Tikaaa… Terima penisku yang panjaaanggg…” bisikku sambil memasukkan seluruh batang penisku pelan sekali.
“Oohhh… mmmppphhh… nikmatthh…” gumannya saat batang kejantananku mili per mili mulai menjejali rongga rahimnya.
“Kocokkhh.. yaacchhh… terussshhh… aaakhh… nimat bangeettthh..!” serunya ketika aku mulai mengosok-gosok pelan penisku.
Aku keluarkan kira-kira empat senti, lalu kukocok lima atau enam kali dengan cepat dan kusodokkan dalam-dalam pada kocokan ke tujuh. Rupanya usahaku tidak sia-sia untuk menstimulasi G-spot-nya.
“Aaakkkhhh… ooohhh… nimatthhnyaa… oookkkhhh Godd..!” teriaknya mengawali detik-detik orgasmenya.
10 detik kemudian,
“Nnggghhh… aaakkkhhh… sshhhfff… ookkkhhh… Boyy… kocokk… lebih intens lagi Yannk..!” jerit Tante Tika diiringi geliat liar tubuh indahnya.
Enak nya Ngentot Treesom
Payudaranya diremas-remasnya sendiri, sementara aku tetap berpegangan pada sisi bathtub sambil mengocok lembut vaginanya.
“Akkhh…” teriakku pelan saat Tante Tika menggigit pundakku karena aku masih saja mengocok penisku di vaginanya.
Rupanya Tika sudah mulai ngilu.
Aku memeras tegang otot lenganku dan Tante Tika sepertinya minta time out untuk mengatur nafas dan menghilangkan kengiluan di liang sengamanya. Aku meraih lehernya, lalu aku berdiri pada dua lututku dan Tante Tika diam mengikuti apa yang akan kulakukan. Untuk informasi lebih detail lagi tentang tante Tika
Aku memondong Tika dan tetap menjaga penisku tertanam dalam-dalam di vagina Tante Tika yang mengapit kedua tungakainya ke pinggangku. Kami menghampiri Lila yang juga lagi meregang orgasmenya dan Lila tampaknya lebih liar dari pada Tika, mungkin karena pengaruh XTC dan suasana yang penuh hawa birahi itu.
“Aaaoookkkhhh… ssshhh… aaakkkhhh… aaakkkhhh…” jerit Lila keras sambil menghujam-hujamkan kedua jari kanannya.
Sementara tangan kirinya meremas dan memilin payudaranya dan sesekali ditekan serta diputar. Aku terkesima sejenak dengan pemandangan yang diciptakan Lila itu dan aku mebayangkan akan lebih histeris lagi pasti jika yang keluar masuk itu adalah 15 cm penis kebanggaanku.
“Booyy… ayyyoook terusinn..!” pinta Tante Tika diiringi goyangan lembut pinggulnya.
Ia tampaknya mulai bergairah kembali setelah melihat Lila yang begitu histeris dan aku pun demikian ketika penisku hampir mengendor di Vagina Tika. Aku maju selangkah dan mendudukkan Tante Tika dari arah belakang sofa. Aku sendiri mengambil posisi berdiri untuk memudahkan eksplorasiku. Di lain pihak, Lila yang sudah mengakhiri masturbasinya itu mengetahui kehadirna kami dan mengambil tempat di belakang Tante Tika.
“Ookkhhh… Terusin Keee..!” pinta Tante Tika saat Lila menyibakkan rambutnya dan mulai mencumbui leher Tante Tika.
Tidak ketinggalan, kedua telapak tangan Lila menggoyang, memutar puting dan kadang-kadang dipilin lembut. Aku sepertinya merasakan apa yang Tante Tika rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya sudah memanas. Tubuh Tika bagaikan daging burger di antara aku dan Lila, pinggulnya masih aktif menggoyang-goyang, kadang menghentak-hentak lembut.
Ngentot Tante Girang Yang Berawal Dari Sebuah Room Karoeke
“Oooaaakkkhhh… nngghhh… ohhhh… nngghhh… Kocok terushh… yaaa… iyaa… terusss..!” desah Tante
Tika keras saat aku tepat menstimulasi G-Spot-nya.
Nafasnya tersengal-sengal disela-sela lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuh Tante Tika menggeliat-geliat liar.
Lila masih aktif membantu Tante Tika menggapai surgawinya, kecupan-kecupan di belakang tubuh, leher, pinggang dan tiba-tiba Tante Tika melenguh panjang diiringi percepatan hentakan pinggulnya. Aku semakin penasaran saja apakah yang dilakukan Lila hingga Tante Tika tampak lebih histeris lagi dari yang tadi.
Kuraba raba punggung Tika sambil kukulum mesra bibirnya, tanganku mulai turun ke arah pantatnya, kutekan kedua sisi bokongnya yang padat itu dan kuulir-ulir. Berawal dari situlah aku tahu rupanya telunjuk dan bibir Lila memainkan peran di lubang anus Tante Tika, telunjuknya yang berlumur vaselin itu keluar masuk lembut di vagina Tante Tika.
“Oookkhhghh… Goddhh… Ke… truuusss… Yanng… oookkhhh, kontholll… akkhhh… sshhh…” ceracau
Tante Tika tidak beraturan, menjemput ambang orgasmenya.
Kedua lubang Tante Tika terasa pejal dan hangat. Aku malah semakin terangsang oleh imajinasiku sendiri, aku lantas memeluk erat-erat Tante Tika saat ia mulai mengencangkan lingkaran tangannya di tubuhku. Darahku juga mulai bergerak cepat menuju ke ujung syaraf di kepalaku, kupingku tidak lagi menghiraukan lenguhan dan desahan-desahan Tante Tika.
“Oookkkhhh… Tikaaaaa… nikmathhh… vaginamu… Akkhhh..!” desahku saat birahiku kurasakan menjalar di seluruh tubuhku.
“Booyyy… Akuuu… mmmhhh… mauuu…” seru Tante Tika menyambut orgasmenya.
Tubuhnya menegang, wajahnya merah merona, menambah cantiknya Tante kesepian ini, sementara bibirnya terkatup rapat.
“Sssebentar… Tikaaa… Kita keluar bareng…” bisikku yang kuiringi tempo kocokanku secara maksimal, yaitu kukeluarkan hampir sepanjang batangnya dan kubenamkan dalam-dalam di rahimnya.
Rupanya darahku tidak bertahan lama di syaraf-syarafku, hingga berdesir kencang meluncur melalui seluruh nadiku dan bermuara pada sebuah daging pejal di selangkanganku.
“Tika… Aku nyammmppaaiii… uuaaakkkhhh… aaakkhhh.., aakhhh..,” desahku sambi memutar-mutar penisku yang tertanam maksimal di vagina Tante Tika, sehingga rambut-rambutku yang disana juga menggelitik klitoris Tante Tika.
“Sseerrr… serrr…” kurasakan cairan Tante Tika mendahului orgasmeku, dan seditik kemudian, aku dan Tika meregang nikmat.
Akibat Istriku Tak Sanggup Melayani
Kami menjerit-jerit sensasional dan tidak khawatir orang lain mendengarnya. Tante Tika histeris seperti orang kesetanan ketika telunjuk Lila juga mempercepat kocokan di anusnya.
“Aaakkkhhhggh…” desah kami bersamaan mengakhiri nikmat yang tiada tara tadi dan juga baru kurasakan seumur hidupku.
Maniku meleleh di sela-sela pejalnya bnatang kejantananku yang masih manancap dalam di rahim Tante Tika. Lila tampaknya puas dengan hasil kerjanya, lalu ia memeluk Tante Tika erat dan berbisik,
“Enak khan Tannn..?”
Tante Tika sendiri sudah lemas dan terkulai di atara aku dan Lila, aku mengecup mesra Tante Tika dan beralih kepada Lila untuk memberikan stimulan birahi dalam dirinya yang juga mulai mendidih.
Kedua wanita itu memang hebat, yang tua histeris dan mampu menguasai diri dan yang muda histeris juga dan menuruti jiwa mudanya yang bergejolak. TanteTika tampaknya tidak dapat menahan rasa di tubuhnya, sehingga lunglai lemas tidak bertenaga.Lila lantas membimbingnya melepas gigitan vaginanya dari penisku yang mulai mengendor ke arah ujung sofa untuk beristirahat. Kulihat wajah Tante Tika amat puas bercampur dengan letih, akan tetapi semua beban birahinya yang tertahan selama dua minggu meledak lah sudah.
“Ooookkkhh… sssshh…” desis Tante Tika saat penisku kutarik pelan dari gigitan vaginanya.
Aku melangkahi sofa dan duduk di sandarannya, lalu kubuka kedua pahaku. Tampaklah oleh Lila sebuah meriam yang berlumur sperma masih setengah tegak.
“Oookkkhhh… gellliii… ssshhh… terusssss… Keee..!” pintaku pada Lila saat ia mulai mengulum penisku dan hampir semuanya terkulum di mulutnya yang sedikit lebar namun seksi.
“Oaaakhhh…. aaakkkhh… sshhhssshshh…” desisku saat aku mulai merasakan lagi denyutan penisku di mulutnya.
Lila masih menghisap habis seluruh sperma yang tersisa dan kocokkannya semakin cepat, hingga kedua kakiku bergetar menahan ngilu bercampur nikmat.
“Oookkkhhh… terusss… hisappphh Sayy..!” pintaku sambil mendorong kepala Lila untuk melakukan lebih dalam lagi.
“Oooouakghh.. Plop…” tiba-tiba mulut Lila melepas kulumannya dan langsung berdiri menjilat leher dan kedua telingaku bergantian.
“Aku ingin di whirpool Sayy..!” bisik Lila.
Ngentot Tante Girang Dan Anak Gadis
Whirpool itu sendiri sudah dilengkapi semacam sofa untuk berbaring, sehingga jika berbaring di situ, maka mulai dada sampai kaki akan terendam air hangat bercampur semburan air di sisi-sisi kolamnya. Aku merebahkan Lila disana dan memulai percumbuan kami, tubuh kami terasa hangat dan seperti di pijat-pijat, sehingga penisku yang sempat layu mulai menegang kembali. Lila tampak menikmati sensasi ini dan aku tahu bahwa Lila akan menginginkan melodi yang berbeda dengan Tika.
“Masss… sshh… oookkkkhh… masukin Aku… oookkhhh… mmmppphh…” pinta Lila sambil membuka pahanya lebar-lebar.
Sejenak aku memainkan kehangatan air, kuayun-ayun tanganku di dalam air ke arah vagina Lila yang membuatnya segera menarik tubuhku untuk menaikinya. Kami memang sudah diselimuti nafsu sehingga rasanya pemanasan Lila melihat orgasme dari Tante Tika sudah lebih dari cukup. Tubuh kami hangat oleh air dan kehangatan dari pasangan kami serta semburan-semburan air dari sela-sela kolam membuat kami semakin terbuai jauh ke awang-awang.
“Blesss…” 10 cm dari penisku mulai menjejali vagina Ineke diiringi desahan, “Aaakkkkhhh… mmmppph…” guman Lila yang membuat Tante Tika tersadar dan menyusul kami di kolam.
Kuhentakkan pelan, sehingga seluruh penisku mendesak dinding-dinding vaginanya yang terasa lebih perat dan berdenyut. Tika mengambil posisi memangku kepala Lila di paha kanannya dan membelai lembut kening Lila.
“Aaawww… oookkkhhh… gelli… Masssh…” teriak Lila saat aku memainkan otot lelakiku di leher rahimnya.
“Masss… dikocok pelaannn… yacch..!” pintanya sambil membelai rambutku, membuatku jadi teringat saat-saat romantis dengan pacar-pacarku dulu.
Aku mengangguk dan kuikuti apa yang Lila mau, lalu kukocok perlahan dengan cara sepuluh senti aku kocok lima atau enam kali dan kubenamkan dalam-dalam, lalu kuputar pada kocokan ke-7. Cara ini efektif untuk menstimulasi G-Spot seorang wanita.
Kurang lebih lima menit kemudian, Lila mengangkat kepalanya dan mendaratkan ciuman bertubi-tubi di mulut dan leherku bergantian. Tubuhnya sedikit menegang dan lebih hangat kurasa, lalu aku memberi isyarat Tante Tika untuk menyingkir ke arah bagian belakang kami.
Enaknya Ngentot Dengan Anak Gadis
“Ooookhhh… Massshh.. aaakuuu… hammmppirr..!” bisik Lila saat aku mulai menaikkan ritme kocokanku.
“Tahan Ke..!” pintaku, lalu aku memberi isyarat kepada Tante Tika lagi.
“Akkkhhhgghhh… ssshhh… mmmpppphh…” desahku dan Lila bersamaan saat telunjuk Tante Tika mulai memasuki lubang pantatku dan anusnya Lila.
Rasanya hangat mengelitik, apalagi jika di kocokkan di kedalaman anusku dan aku bisa membayangkan sensasi yang dialami Lila. Pasti akan terasa pejal dan nikmat serta sensasional pada kedua lubangnya.
“Oookkkhhh… Taaan… aaaakk.. kuuu tak kuuu..atthh…” teriak Lila mulai mengawali detik-detik orgasmenya.
Para netters yang budiman, sudah bisa diduga, kami pun terbuai dengan alunan sensai jari Tante Tika dan hisapan vagina Lila bersamaan. Demikian pula Lila. Panasnya penisku dan gelitik telunjuk Tante Tika membuatnya lupa daratan.
“Aaaggghhh… oookkkhhh… oookkkhhh… aaakkkhhhg… mmmm.. ssshshhh.. awww… ssshhh…” ceracauku dan Lila tidak beraturan.
Dan kurang lebih sepuluh detik kemudian, aku dan Lila meregang birahi yang dikenal dengan nama orgasmus secara bersamaan. Aku memancarkan spermaku. Terasa lebih banyak dari pada dengan Tante Tika dan aku juga merasakan aliran mani Lila dari rahimnya. Aku menghempaskan tubuhku ke samping Lila dan Tante Tika mengambil tempat di sisi lainnya.
Hangat tubuh mereka dan kami becumbu seolah tiada hari esok. Kami lanjutkan tidur mesra diapit dua tubuh sintal nan hangat berselimutkan sutra lembut. Dan saat salah satu dari kami terjaga, kami mengulanginya lagi hingga spermaku betul-betul terasa kering.
Minggu siang, kami baru terbangun, lantas kami mandi bersama dan kemudian sarapan pagi. Kami meluncur ke Surabaya dan janji akan kencan lagi entah dengan Tante Tika ataupun Lila atau kadang mereka minta barengan lagi.
Aku akhirnya terlibat kisah asmara yang penuh birahi, namun aku puas karena dapat melampiaskan nafsuku yang meletup-letup itu. Beberapa kali aku ditawari dan berkencan dengan teman Tante Tika dan kadang ada yang aku tolak, karena prinsipku bukan jual cinta seperti gigolo, akan tetapi sebuah prinsip petualangan.
0 komentar:
Posting Komentar