Cerita Seks Ngentot Dengan Mama Sendiri

Cerita Seks Ngentot Dengan Mama Sendiri ||| Kali ini mimin Cerita Bokep757 akan menceritakan cerita sex terbaru ketika diriku ngentot dengan mamaku sendiri di saat ayahku pergi ke luar kota dan sampai ayahku meninggal dunia. Mau tau kelanjutan ceritanya? langsung aja yuk baca.

Erwin adalah anak tunggal bu Marini. Sejak kelas 1 SMA dia dipindahkan oleh ayahnya ke tempat neneknya bersekolah. Perkenalan antara Marini dengan suaminya tak terelakkan, setelah menurut suami Marini dia berselingkuh.

Perselingkuhan itu memang benar terjadi, tapi hanya laporan orang, karena Marini juga pintar menjaga rahasia. Setelah sekian tahun berpisah dan kemudian suami Marini sudah berobat kemana-mana dan kontolnya diangap bisa berfungsi, akhirnya mereka rujuk kembali.

Saat itu pun Erwin sudah lulus SMA dan dia ditarik kembali ke rumah mereka. Pada saat itu suami Marini berada di kota dan sekali seminggu pulang ke kebun teh seluas 20 hektar milik mereka. Marini sengaja di tempatkan di sana, agar tidak berselingkuh. Mereka hanya berhubungan suami isteri sekali dalam seminggu, itu pun kalau suami Marini tidak sedang sibuk.

Erwin langsung ke villa di kebun teh, atas suruhan ayahnya, agar dapat istirahat bareng seminggu, menunggu pendaftaran di perguruan tinggi ternama. Erwin tiba di villa kebun teh dan menekan bell. Villa itu sepi sekali. Erwin sudah kedinginan. Bayangkan biasanya di Semarang, lalu pindah ke kebun teh yang sangat dingin di sore hari.

Angin berhembus dari segala penjuru ke villa yang tempatnya di ketinggian. Betapa senangnya Marini melihat anaknya muncul di depan pintu. Tiga tahun berpisah, membuatnya sangat rindu dan Erwin juga sangat rindu. Langsung Marini memeluk anaknya dan mencium bibirnya. Erwin terkejut sekali.

Setelah pintu dikunci dan mereka ke ruang tengah, Marini langsung memeluk Erwin dan menciuminya. Tangannya meraba-raba kontol Erwin dari balik celananya.

“Mama…”
“Ya sayang. Aku sangat mencintaimu. Aku tak sanggup berpisah denganmu.”

Cerita Seks Ngentot Dengan Mama Sendiri

Erwin heran, kenapa ibunya demikian. Apakah ibunya sudah gila? Melihat tubuh ibunya yang sintal dan semakin cantik dan menggairahkan, Erwin bergetar juga. Dengan cepat ibunya melepas dasternya. Cepat pula dia melepas bra dan menurunkan celana dalamnya. Marini yang sudah kesetanan sudah telanjang bulat.

“Mama…?

“Kalau hanya kita berdua, aku bukan ibumu nak. Aku kekasihmu. Puasin ibu nak. Sudah lama aku menunggumu. Aku tak pernah selingkuh dengan siapapun. Kini aku juga tidak berselingkuh. Tapi aku ingin bersetubuh denganmu, sayangku, cintaku…” ibunya menciuminya dan melepas satu persatu kancing baju Erwin dan melepas semua yang ada. Angin terus berdesir, membawa dingin.

“Kita ke kamar sayang…” diseretnya tubuh Erwin ke kamar tidurnya dan pintu dikunci rapat.

“Ayo sayang. Puasin mama Nak. Puasin mama sayang…” Ibunya memeluk dan menciumi Erwin yang sudah telanjang dan terbengong seperti terkena stroke. Akhirnya Erwin memberikan ciuman hangat pada ibunya. Mereka saling berpelukan.

“Oh… sayang, kontolmu sangat besar dan keras sayang. Belum pernah menusuk memek perempuan lain kan?” kata Marini.

“Belum Ma..”

“Bagus, sekarang puasin ibu nak. Ibu sudah lama tidak terpuasi. Ayo sayang, ayolah…” Ditariknya Erwin anaknya itu menindihnya. Disodorkannya teteknya ke mulut anaknya itu.

“Isap sayang-isap. Ayo Nak, puasin ibu nak, ayo sayang…” Erwin juga sudah mulai bernafsu. Mereka melupakan diri mereka antara ibu dan anak. Mereka sepasang anak manusia yang benar-benar sedang saling membutuhkan.

BANDAR JUDI ONLINE TERPERCAYA

Marini tak mampu membendung keinginannya. Dia melakukan berbagai gerakan dari bawah dan anaknya memompanya dari atas. Pergumulan yang keras dan hangat itu membuat keduanya berpelukan rapat dalam udara dingin. Di luar angin terdengan menderu-deru.

“Ayo sayang, buntingin Mama nak. Buntingin Mama Nak, biar papamu merasa anak mu adalah anaknya. Ayo sayang…”

“Ya, Mam.. aku akan membuntingimu.”

Cerita Seks Ngentot Dengan Mama Sendiri Saat Di Villa

“Terima kasih sayang… tusuk sedalam-dalamnya memek mama sayang. Enak kan? Nikmat, kan? Ayo sayang…. ayo,” cerocos Marini pada anaknya. Keduanya sudah tak perduli. Malam sekitar pukul 19.00, Pak nanok dan Pak Ucok baru datang menjaga rumah mereka. Itu pun jauh digerbang dan satu atau setengah jam sekali, mereka baru ronda mengelilingi rumah. Sebenarnya di kawasan itu tak ada maling. Tapi sebagai sebuah rumah besar dan milik bos harus dijaga, agar kesannya kelihatan lebih elite.

“Habisi mama sayang,” teriak Marini. Erwin terus menggenjot tubuh ibunya dengan kerakusannya. Suara bunyi air bercipak di dalam memek Marini terdengar sebagai irama musik yang indah. Bibir mereka saling berpagut, lidah mereka saling berkait. Desir angin yang kuat menyelusup dari kisi-kisi jendela membuat mereka dingin. Mereka menutupi tubuh mereka pakai selimut tebal sampai ke leher. Selimut itu seperti bergelombang.

“Kamu ingin punya anak, kan sayang…” kata Marini sembari terus menggoyang pantatnya dari bawah.

“Ingin, Ma. Aku ingin punya anak.”

“Nanti kamu harus menyayanginya ya. Jaga dia baik-baik dan sekolahkan setingi-tingginya.”

“Ya. Mam.”

“Nah… buntingin mama sayang,.Semprotkan spermamu sebanyak-banyaknya ke dalam memek mama sayang. Kontolmu besar dan enak sekali. Ayo Nak,” Marini terus menyerocos seperti orang kesurupan. Erwin anaknya pun terus memompa.

“Ma, apa nanti tidak ketahuan?”

“Tidak sayang. Kita jaga rahasia. Ayo sayang, buntingin Mama sayang. Mama mau punya anak darimu, bukan dari Papamu sibajingan itu. Ayo sayang, tusuk memek mama sepuasmu,” kata Marini mendesah-desah. Sesekali dijilatinya leher anaknya, sesekali digigitnya bahu anaknya itu.

“Ma… aku sudah mau keluar Ma…”

“Ya sayang, mama juga sudah mau keluar. Ayolah, kita sama -sama dan keluarkan yang banyak sayang…”

“Ya Mam… ini dia,” Erwin memeluk mamanya sekuat tenaganya dan tubuhnya kejang. Marini memeluk anaknya dengan kuat dari bawah dan berteriak sekuat tenaganya memenuhi kamarnya.

“Buntingin mama sayaaaaaannnngggg…”

“Ya Ma. Mama harus Bunting…” Bisik Erwin. Mereka berpelukan dengan kuat dan saling mendesahkan nafasnya dengan kuat.

“Terima kasih sayang… terima kasih. Doakan mama bunting dan anakmu akan lahir sembilan bulan kemudian,” kata Marini.

Ngentot Dengan Mama Sendiri Saat Ditinggal Ayah

Sejak saat itu, jika hanya mereka berdua di Villa, keduanya bukan seperti ibu dan anak, melainkan sebagai sepasang kekasih. Setiap hari mereka berpelukan, berciuman, bermesraan dan saling membelai. Setiap sabtu, suami Marini pulang ke villa. Mereka pasti melakukan persetubuhan. Ya.. hanya sekali dalam seminggu.

Biasanya Marini akan selalu dingin, walau nafas suaminya sudah ngos-ngosan. Sabtu pagi, biasanya suaminya pulang ke kota dan Erwin berangkat senin pagi, karena dia pada senin kuliah siang. Saat itu, mereka lakukan dengan penuh kemesraan dan penuh kenikmatan.

“Sayang… rabalah perut Mama sayang. Bayimu sudah ada didalam. Sudah tiga minggu menurut dokter,” kata Marini senang. Erwin senang sekali. Bayinya sudah tumbuh dalam rahim ibunya.

“Bayi ini, hasil kontolmu sayang,” kata Marini.

“Ya Ma. Mama harus menjaga anakku dengan baik,” kata Erwin.

“Anak kita sayang. Anak kita berdua. Ingat itu. Dan ini rahasia kita.”

“Ya Ma.”

“Kamu mau punya anak berapa dari mama sayang?”

“Dua Ma. Bila aku sudah tamat kuliah, mereka sudah masuk TK dan play grup. Saat aku belum berusia 40 tahun, mereka sudah sarjana, Ma.”

“Ya sayang. Tapi Mama mau dientoti lagi sayang. Puasin mama sayang. Mama tak pernah puas akan kontolmu sayang.”

“Ya, Ma. Kontolku akan memuaskan Mama”

Mereka bergumul dan saling memeluk, membelai, menjilat dan memberikan yang terbaik pada lawannya. Keduanya puas dan sangat menikmati hari-hari mereka. Papa Erwin juga senang, karena sebentar lagi, dia mengira anaknya akan lahir. Setiap kali dia mengelus perut Marini, Marini tersenyum dan dari beberapa meter, Erwin mencibirkan bibirnya. Marini melihat itu.

Ngentot Dengan Mamaku Sendiri Yang Sangat Binal

Dua tahun kemudian, Marini bunting lagi. Erwin senang bukan main. Tapi kali ini, ini dia punya rencana. Dia membubuhi beberapa tetes racun ke dalam gelas papanya. Itu disaksikan oleh Marini dan Marini tersenyum. Setiap pulang ke Villa, Papanya ditetesi dua tiga tetes ke gelas minumnya. Terkadang bahkan dua sampai tiga akli.

Saat kandungan Marini sudah tujuh bulan, Suami Marini terjatuh di kantornya dan harus dibawa ke rumah sakit. Tiga hari di rumah sakit, suaminya mati.

“Ma… suami mu sudah mati,” kata Erwin melalui telepon saat menyetir mobilnya menuju Jakarta.

“Hahahaha… baguslah. Kamu urus kuburannya. Malam ini Mama ke Jakarta,” kata Marini. Marini menangis sejadi-jadinya di hadapan jenazah suaminya. Semua orang terharu. Semuanya mengucapkan rasa belasungkawa. Esoknya jenazah suaminya di makamkan. Malam itu juga mereka pulang ke villa, karena dia akan tahlil bersama para karyawan di villa. Semua orang dapat maklum.

Baca Juga: Cerita Seks Ngentot Dengan 3 Mahasiswa Perawan

Setiap malam seusai tahlil, Erwin dan Marini tidur sekamar dan berpelukan dengan mesra.

“Semua orang tau, Mama sudah bunting sayang. Sekarang tak ada lagi yang menghalangi kita. Kita bebas,” kata Marini. Erwin tersenyum.

“Kalau bayi ini sudah lahir, rahim mama harus ditutup agar tak bunting lagi,” kata Erwin. “Ok sayang. Mama juga berpikiran seperti itu.”